KPU Ajak Simulasi Pemungutan Suara Pilkada 2020, Warga Tanggapi Negatif
Jakarta, Dekannews- Komisi Pemilihan Umum (KPU) agaknya sedang jadi musuh publik akibat dugaan ketidakindependenannya saat menyelenggarakan Pilpres 2019, sehingga ajakan, undangan dan imbauan yang disampaikan penyelenggara Pemilu itu melalui akun Twitter-nya, minim respon positif dari masyarakat.
Termasuk ajakan untuk menyaksikan simulasi pemungutan suara untuk Pilkada 2020 yang digelar Desember mendatang, yang disiarkan secara langsung melalui akun Facebook KPU pada Rabu (22/7/2020) pagi ini.
"Hai #TemanPemilih besok pagi, Rabu 22 Juli 2020 (pagi ini, red) KPU akan simulasikan pemungutan suara #Pemilihan2020 dengan penerapan protokol Covid-19. Yuk simak siaran live di FB KPU Republik Indonesia, mulai pukul 06:30 WIB. #KPUMelayani," kata KPU melalui akun Twitter-nya, @KPU_ID, Selasa (21/7/2020) malam.
Hingga Rabu (22/7/2020) pukul 07:00 WIB, dengan followers sebanyak 125.000 orang, cuitan itu hanya diretweet 11 orang, disukai 23 orang dan dikomentari 7 orang. Yang me-retweet dan menyukai di antaranya Ketua KPU Arief Budiman, komisioner KPU Viryan Azis, dan komisioner KPU Hasyim Asy'ari.
Inilah komentar masyarakat atas undangan itu:
"Ajakin tuh ORANG2 GILA yang ada DI JALANAN," kata @askur0101.
"Wahyu ga dijenguk min siapa tahu nyusul nanti," sindir @alrasyidstore.
"Emang masih ada yang percaya sama KPU?" tanya @YMerbabu.
"Masa bodoh," sahut @bonexmilitan79.
"Ora nggadek," jawab @Sudarso39668578.
"Mboh...," kata @Jekivh.
Dari pantauan Dekannews di akun KPU, tak hanya ajakan itu yang minim respon positif, melainkan semua postingan KPU di akun Twitter-nya itu. Contohnya saat KPU mengabarkan tentang adanya staf yang positif Covid-19.
"Malam #TemanPemilih. Salah satu staf positif Covid-19, KPU berkoordinasi dg gugus tugas dan dinkes utk desinfeksi dan penelusuran kepada orang yang pernah kontak erat utk isolasi mandiri dan pemeriksaan. KPU juga tetap melaksanakan simulasi pemungutan suara dg protokol ketat besok (22/7)," kata @KPU_ID pada Selasa (21/7/2020) pukul 18:45 WIB.
Hingga Rabu pagi ini cuitan itu hanya diretweet 6 orang, disukai 15 orang dan dikomentari 7 orang, namun yang mengejutkan, dari tujuh komentar tersebut terdapat lima komentar dari akun yang sama, yakni @salfarisi323.
Pemilik akun yang tinggal di Bengkulu ini marah-marah karena katanya, haknya belum dipenuhi KPU, sehingga muncul dugaan kalau pemilik akun ini adalah anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) atau Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang honornya hingga kini belum dibayar KPU.
Berikut kelima komentar @salfarisi323:
"Jangan banyak bacot, bilang sama komisioner kalian itu, sudah berapa bulan kalian suruh kami kerja, tapi sampai hari ini hak kami belum dapat".
"Coklat coklit, siang malam umbar sana sini, TAPI LUPA TANGGUNG JAWAB KALIAN. Kalian tuntut tanggung jawab rakyat kecil YANG BERTARUH NYAWA DITENGAH PANDEMI tapi gajinya tidak seberapa, dan ITUPUN BELUM DIBAYAR. BRENGSEK, kasih tahu admin @KPU_ID. Punya malu tidak kalian".
"Kalau belum ada dana buat menyelenggarakan pemilu, kalian undur, jangan kalian menyegerakan kehendak partisan politik, tapi dengan cara mengorbankan rakyat kecil, kalian menuntut TANGGUNG JAWAB, TAPI HAK KAMI KALIAN ABAI...".
"Jangan kalian lupa ada banyak pps yang mati utk menyelenggarakan pilpres tahun lalu, karena mereka kalian aman diatas sana. Kalian ingin segera menyelesaikan pilkada, maka segerakan juga hak kami".
"Kami punya anak, kami ada keluarga, kami korbankan tenaga, kami rela bertugas demi negara, kami berkorban di tengah pandemi, yang kami dapat cuma lelah letih tanpa timbal balik untuk hak kami".
Dua komentar lainnya, satu di antaranya juga diduga anggota PPS/PPAK. Akun orang yang berkomentar ini adalah @Bocahed81361001.
"Assalamualaikum bapak komisioner KPU RI... Mohon dipertimbangkan untuk honor PPK di Kabupaten Timor Tengah Utara di NTT sebesar 1,3 juta apakah layak ditengah pandemi ini? Besaran honor tsb sangat kecil dibandingkan kabupaten lain... Mohon dipertimbangkan bapak2 sekalian...," katanya. (rhm)